وَأَمَّا الْوَاوُ فَتَكُوْنُ
عَلَامَةً لِلرَّفْعِ فِيْ مَوْضِعَيْنِ : فِيْ جَمْعِ المُذَكَّرِ السَّالِمِ وَفِي
الأَسْمَآءِ الْخَمْسَةِ, وَهِيَ أَبُوْكَ وَأَخُوْكَ وَحَمُوْكَ وَفُوْكَ وَذُوْ
مَالٍ
Adapun wawu
( و ) menjadi tanda rofa’ pada dua tempat (kalimat)
;
1. Jama’
Mudzakar Salim ( جَمْعُ الْمُذَكَّرِ السَّالِمِ )
2. Asma’ul
khomsah ( الأَسْمَآءُ الْخَمْسَةُ )
Jama’ Mudzakkar Salim
Definisi
لَفْظٌ دَالٌّ عَلَى جَمْعِيَّةٍ
بِزِيَادَةِ وَاوٍ وَنُوْنٍ فِيْ آخِرِهِ فِيْ حَالَةِ الرَّفْعِ وَيَآءٍ وَنُوْنٍ
فِيْ آخِرِهِ فِيْ حَالَتَيِ النَّصْبِ وَالْجَرِّ صَالِحٌ لِلتَّجْرِيْدِ وَعَطْفِ
مِثْلِهِ عَلَيْهِ
“Lafazh
yang menunjukan pada ma’na banyak (diatas dua) dengan tambahan huruf wawu dan
nun di akhir ketika rofa’ juga tambahan huruf iya dan nun di akhir ketika
nashab dan jar, bisa ditajrid (yakni dilepaskan tanda jama’nya) dan di’athafkan
kalimat yang sama kepadanya”
Penjelasan
definisi :
Contoh kalimat
مُسْلِمُوْنَ merupakan jama’ dari kalimat مُسْلِمٌ .
Maksud
ditajrid adalah dilepaskan tanda jama’nya.
Mari kita
lepaskan tanda jama’ lafazh مُسْلِمُوْنَ jadi مُسْلِمٌ , nah setelah itu ‘athafkan kalimat
yang sama dengan مُسْلِمٌ kemudian lihat ma’nanya apakah sama atau
tidak, jika sama maka itulah jama’ mudzakkar salim dan jika beda maka namanya
mulhak jama’ mudzakkar salim.
Perhatikan
: مُسْلِمٌ artinya seorang muslim, kalau kita ‘athofkan kalimat yang sama, maka مُسْلِمٌ وَمُسْلِمٌ وَمُسْلِمٌ ma’nanya tiga muslim.
Contoh
mulhak jama’ mudzakkar salim adalah lafazh عِشْرُوْنَ ( artinya dua puluh ) dan kalimat sejenis
seperti ثَلَاثُوْنَ أَرْبَعُوْنَ dsb. Ketika ditajrid
jadi lafazh عِشْرٌ dan di’athafkan kalimat sejenis
عِشْرٌ وَعِشْرٌ وَعِشْرٌ ( artinya tiga puluh )
Bahan
jama’ mudzakkar salim ada dua :
1. Isim Jamid
2. Isim Shifat
Syarat
jama’ mudzakkar salim dari isim jamid ada lima :
1. Nama ( عَلَمْ
), maka isim jamid yang bukan nama tidak bisa dibentuk jama’ mudzakkar salim
seperti lafazh رَجُلٌ
2. Mudzakkar, maka
kalimat muannats tidak bisa dibentuk jama’ mudzakkar salim seperti lafazh زَيْنَبُ
3. Berakal, maka
nama makhluk yang tidak berakal tidak bisa dibentuk jama’ mudzakkar salim
seperti lafazh لَاحِقٌ ( nama kuda )
4. Tidak
berakhiran ta ta’nits, seperti lafazh طَلْحَةُ
5. Bukan tarkib
mazji, seperti lafazh بَعْلَبَكَ
atau مَعْدِيْكَرِبَ
Syarat
jama’ mudzakkar salim dari isim shifat ada delapan :
1.
Mensifati mudzakkar, yang mensifati muannats
walau lafazhnya mudzakkar tidak bisa dijama’kan pada jama’ mudzakkar salim
seperti lafazh حَائِضٌ
2.
Mensifati yang berakal, kalimat seperti سَابِقٌ ( sifat kuda ) tidak bisa dijama’kan pada
jama’ mudzakkar salim
3.
Tidak memakai ta ta’nits, kalimat yang ada ta ta’nitsnya
tidak bisa dijama’kan pada jama’ mudzakkar salim seperti lafazh عَلَّامَةٌ
( sangat berilmu )
4.
Bukan isim shifat wazan أَفْعَلُ
seperti lafazh أَحْمَرُ
5.
Bukan isim shifat wazan فَعْلَاءُ seperti lafazh حَمْرَاءُ
6.
Bukan isim shifat wazan فَعْلَانُ seperti lafazh سَكْرَانُ
7.
Bukan isim shifat wazan فَعْلَىseperti lafazh سَكْرَى
8.
Bukan isim sifat yang sama antar mensifati mudzakkar dan muannats.
Ada lima shighat (
bentuk ) isim sifat yang sama antara mudzakkar dan muannats :
1. فَعُوْلٌ isim sifat ma’na katsroh
( artinya; banyak ), contoh : رَجُلٌ شَكُوْرٌ امْرَأَةٌ شَكُوْرٌ ( banyak bersyukur )
2. مِفْعَالٌ isim sifat ma’na katsroh ( artinya; banyak ), contoh : رجل مِقْسَامٌ
امرأة مِقْسَامٌ ( banyak berbagi )
3. مِفْعِيْلٌ isim sifat ma’na katsroh ( artinya; banyak ), contoh : رجل مِعْطِيْرٌ
امرأة مِعْطِيْرٌ ( banyak
memakai minyak wangi )
4. مِفْعَلٌ isim sifat ma’na katsroh ( artinya; banyak ), contoh : رجل مِحْلَبٌ
امرأة مِحْلَبٌ ( banyak
memerah susu )
5. فَعِيْلٌ isim maf’ul ( artinya;
yang di … ), contoh : رجل
قَتِيْلٌ امرأة قَتِيْلٌ ( yang dibunuh )
Berikut Penjelasannya :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar