وَأَمَّا الْأَلِفُ
فَتَكُوْنُ عَلَامَةً لِلرَّفْعِ فِيْ تَثْنِيَةِ الْأَسْمَآءِ خَاصَّةً
Adapun alif
menjadi tanda i’rob rofa’ khusus pada isim tatsniyah
Definisi :
مَا دَلَّ عَلَى اثْنَيْنِ
بِزِيَادَةِ أَلِفٍ وَنُوْنٍ فِيْ آخِرِهِ فِي حَالَةِ الرَّفْعِ وَيَاءٍ وَنُوْنٍ
فِي آخِرِهِ فِي حَالَتَيِ النَّصْبِ وَالْجَرِّ صَالِحٌ لِلتَّجْرِيْدِ وَعَطْفِ
مِثْلِهِ عَلَيْهِ
“Kalimat
yang menunjukan pada ma’na “dua” dengan tambahan alif dan nun di akhirnya
ketika rofa’, juga dengan tambahan ya dan nun diakhir ketika nashab dan jar,
bisa ditajrid yakni dilepaskan anda tatsniyahnya juga di’atafkan kalimat yang
semisil dengannya”
Penjelasan
:
Contoh
kalimat مُسْلِمَانِ merupakan tatsniyah dari kalimat مُسْلِمٌ .
Maksud
ditajrid adalah dilepaskan tanda tatsniyahnya.
Mari kita
lepaskan tanda tastniyah lafazh مُسْلِمَانِ jadi مُسْلِمٌ , nah setelah itu ‘athafkan kalimat
yang sama dengan مُسْلِمٌ kemudian lihat ma’nanya apakah sama atau
tidak, jika sama maka itulah isim tatsniyah dan jika beda maka namanya mulhak
isim tatsniyah.
Perhatikan
: مُسْلِمٌ artinya seorang muslim, kalau kita ‘athofkan kalimat yang sama, maka مُسْلِمٌ وَمُسْلِمٌ ma’nanya dua muslim.
Contoh
mulhak isim tatsniyah adalah lafazh اِثْنَانِ ( artinya dua ). Lafazh ini tidak bisa ditajrid, karena kita
tidak menemukan lafazh اِثْنٌ . Kalaupun ada dan memiliki arti “dua” maka ketika
ditajrid jadi lafazh اِثْنٌ dan di’athafkan kalimat
sejenis اِثْنٌ وَاِثْنٌ ( artinya empat )
Syarat isim
tatsniyah ada delapan :
1. Mu’rob, bukan
isim mabni sebagaimana yang sudah kita bahas pada bab I’rob
2. Mufrod, kalimat
yang sudah berbentuk tatsniyah dan jama’ tidak bisa ditatsniyahkan
3. Nakiroh, isim
ma’rifat tidak bisa dibentuk kalimat tatsniyah, lafazh ma’rifat seperti lafazh اللهُ مُحَمَّدٌ tidak bisa ditatsniyahkan. Adapun lafazh الَّذَانِ maka adalah kalimat mandiri bukan bentuk
tatsniah dari lafazh الَّذِي .
4. Bukan tarkib
mazji, seperti lafazh بَعْلَبَكَ
5. Harus sesuai
lafazhnya,
Contoh lafadz مَسْجِدَانِ adalah merupakan tatsniyah (gabungan dua
kalimat mufrod) dari dua lafazh مَسْجِدٌ
. Jadi lafazh مَسْجِدٌ dan مَدْرَسَةٌ
tidak bisa digabungkan dalam bentuk isim tatsniyah. Adapun lafadz مَغْرِبَانِ
maka yang dimaksud adalah maghrib dan ‘isya
6. Harus sesuai
ma’nanya
Seandainya lafazh عَيْنٌ
yang memiliki ma’na mata dan عَيْنٌ yang
memiliki ma’na matahari, maka tidak bisa dibentuk tatsniyah menjadi lafazh عَيْنَانِ
7. Ada mitsilnya,
kalimat yang ma’nanya tidak punya mitsil (hal yang sama) seperti lafazh اللهُ شَمْسٌ قَمَرٌ dll tidak bisa ditatsniyahkan, Adapun jika
ada lafazh قَمَرَانِ maka yang dimaksud adalah
matahari dan bulan.
8. Bukan kalimat
yang cukup dengan tatsniyahnya kalimat lain, seperti بَعْضٌ cukup dengan tatsniyahnya lafazh جُزْءٌ
contoh lafazh ثَمَانِيَةٌ dari mentatsniyahkan lafazh أَرْبَعَةٌ
Menurut
nadzom
شَرْطُ الْمُثَنَّى أَنْ يَّكُوْنَ مُعْرَبًا # وَمُفْرَدًا
مُنَكَّرًا مَا رُكِّبَا
مُوَافِقًا فِي اللَّفْظِ وَالْمَعْنَى لَهُ # مُمَاثِلٌ
لَمْ يُغْنِ عَنْهُ غَيْرُهُ
Syarat mutsanna hendaknya isim mu’rob #
mufrod, nakirah dan bukan tarkib mazji
Sesuai antar lafazh juga ma’nanya # ada
bangsa tak cukup dengan lainnya
Berikut Penjelasannya :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar