Minggu, 26 Februari 2023

Bab Kalam Bagian 2 : Murokkab, Mufid dan Wadho'

 


Murokkab ( مركب ) maknanya secara bahasa adalah meletakan sesuatu diatas benda lain

Secara istilah :

 مَا تَرَكَّبَ مِنْ كَلِمَتَيْنِ فَأَكْثَرَ

“Ungkapan (kalimat; Bahasa Indonesia) yang tersusun dari  minimal dua kalimat (suku kata)”

Ada tiga macam murokkab :

1.       Murokkab mazji ( مركب مزج ) : Campuran.

Definisinya

جَعْلُ اسْمَيْنِ بِمَنْزَلَةِ اسْمٍ وَاحِدٍ

                “Menjadikan dua kalimat isim menjadi laksana satu kalimat isim”

                Contoh lafazh بَعْلَبَكَ   yang merupakan campuran kata بَعْلٌ   dan kata  بَكٌ

                Contoh lain, مَعْدِيْكَرِبَ  campuran/gabungan lafazh مَعْدِيْ  dan كَرِب

                Lafazh حَضْرَمَوْت campuran/gabungan lafazh حَضَرَ  dan مَوْتٌ

2.       Murokkab Idhofi ( مركب إضافي ) : Idhofat

Definisinya

نِسْبَةٌ جُزْئِيَّةٌ بَيْنَ الشَّيْئَيْنِ تُوْجِبُ لِثَانِيْهِمَا الْجَرَّ أَبَدًا

“Nisbat (hubungan) yang sifatnya juz’iyyah diantara dua perkara (mudhof dan mudhof ilaih) yang memastikan I’rob jar juz yang kedua (mudhof ilaih)”

Contoh : عَبْدُ اللهِ

 

3.       Murokkab Isnadi ( مركب إسنادي  ) : Menyandarkan

Definisinya

إِسْنَادُ شَيْئٍ إِلَى شَيْئٍ آخَرَ لِأَجْلِ الْحُكْمِ

“Menyandarkan suatu perkara (kalimat) pada perkara lain karena tujuan hukum”

Seperti menyandarkan fa’il kepada fi’il, menyandarkan mubtada kepada Khobar, menyandarkan jawab kepada syarat.”

Contoh :

قَالَ الرَّسُوْلُ  ( فعل- فاعل )

وَسِيْقَ الّذِيْنَ كَفَرُوا  ( فعل- نائب الفاعل )

مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ ( مبتدأ-خبر )

إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوْا  ( شرط-جواب )

 

Mufid ( مفيد   ) : Berfaidah/berguna, secara Bahasa;  Apapun yang berguna baik berupa ilmu ataupun harta.

Definisi secara istilah

 

مَا أَفَادَ فَآئِدَةً تَآمَّةً بِحَيْثُ يَحْسُنُ السُّكُوْتُ مِنَ الْمُتَكَلِّمِ وَالسَّامِعِ عَلَيْهَا

“Suatu ungkapan yang berfaedah secara sempurna dengan standar bagus diamnya pembicara dan yang mendengarkannya”.

Karena sudah sempurna, si pembicara tidak perlu melakukan pengulangan dan pendengar tidak perlu menanyakan maksud dan tujuan si pembicara. Makna mufid ini sudah terangkum dalam murokkab isnadi.

Wadho’ ( وضع   ), secara Bahasa artinya melahirkan, seperti ungkapan وَضَعَتِ الْمَرْأَةُ

Definisi secara istilah

جَعْلُ اللَّفْظِ دَلِيْلًا عَلَى الْمَعْنَى

“Sebuah lafazh memiliki makna”

Jadi jika ada lafazh yang tak bermakna tidak bisa menjadi sebuah kalam

Sebahagian ulama ada yang memaknai wadho’ ini dengan بِالْقَصْدِ  yakni ungkapan yang memang disengaja, maka ungkapan yang tak disengaja, seperti igauan orang tidur, ucapan orang bengong atau bahkan dipaksa, tidak dianggap sebagai kalam dan tidak memiliki dampak hukum.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar